
SURABAYA, PSGunika.net – Kiper posisi pemain sepak bola yang sering dianggap remeh. Sehingga tidak banyak yang bersedia menjadi penjaga gawang sejak masuk sekolah sepak bola (SSB) termasuk kiper PSG Soccer School.
Namun di era sepak bola modern, penjaga gawang kini punya peran sentral. Karena sekaligus menjadi libero alias orang terakhir di jantung pertahanan yang mengatur awal skema serangan. Yakni build-up, dimana kiper harus juga memiliki kemampuan control passing yang sama baiknya dengan pemain.
Oleh karena itu, latihan kiper kini tak lagi hanya cara menangkap bola maupun melompat. Tetapi juga belajar menguasai bola dengan kakinya.
Bahkan belakangan ini muncul les privat menjadi kiper. Pasalnya minat menjadi penjaga gawang ini rerata masih minim di umumnya SSB.
Hanya ada satu goal-kipper dalam permainan tim sepak bola, bisa jadi juga menjadi pertimbangan orang tua dan anak memutuskan di SSB menjadi penjaga gawang.
Kendati begitu, kalau mau mencermati, di sepak bola dunia. Misalnya kiprah timnas Indonesia di kancah kualifikasi Piala Dunia 2026, posisi kiper begitu vital sampai harus mencari pemain keturunan di luar negeri.
Menurut Harun Effendy, pembina SSB PSG Soccer School di Gununganyar, Surabaya mengatakan, bahwa di PSG juga sama dengan SSB lainnya, kesulitan adanya kiper
Bahkan ada siswa yang di SSB sebelumnya kiper, begitu gabung PSG minta menjadi pemain. Ini tentu saja butuh adaptasi, yang pertama. Kemudian secara penempaan fisik, pemain juga dituntut punya ketahanan, kekuatan dan kecepatan lari.”
“Makanya, kalau saya bercanda. Ayo kalau malas lari, pindah kiper. Ya kadang juga pas ikut turnamen, karena kiper yang ada masih kurang. Mendadak ada pemain bersedia jadi kiper, eh ternyata lumayan. Dan akhirnya keterusan menjadi penjaga gawang,” terang Harun, Minggu (27/10/2024) pagi.
Tetapi, masih Harun, sama halnya dengan anak-anak lain. Juga ada masa jenuh latihan. Ini kalau pas dia kiper, ya SSB akhirnya kelimpungan. Sehingga opsi meminjam anak-anak privat kiper juga bisa menjadi solusi.
“Berdasarkan pengalaman saya mengikuti sebagai ofisial tim sepak bola khususnya usia muda. Sering itu yang kiper malah usia termuda. Ya, kayak laris begitu. Contohnya juga mencari pelatih kiper juga sama sulitnya,” kelakar pria yang kembali aktif wasit memimpin pertandingan Liga Persebaya ini.
Eks wasit nasional yang kini juga menekuni dunia jurnalistik ini, mengaku bersyukur di SSB PSG, untuk pelatih kiper ada Coach Agung. “Beliau cukup berpengalaman baik sebagai pemain maupun pelatih. Terakhir kemarin tercatat juga ikut menyeleksi kiper EPA tim Liga 1 PSBK Biak, Papua,” ungkapnya.
Tak hanya itu, sejumlah pemain, juga tertarik menjadi kiper. Karena terpikat latihan cara menjatuhkan diri saat menangkap bola dan sebagainya.
“Kalau saya amati, anak-anak yang kiper PSG ini, sejak di bawah pengawasan Coach Agung, ada kemajuan teknik. Jadi kita sangat terbantu. Dan perlu menjadi catatan bahwa pelatih utama, Coach Romadhon, juga tepat.”
“Karena pengalaman menjadi tim pelatih Soeratin U-15 Persebaya lalu, cukup ampuh meningkatkan kemampuan dasar sepak bola anak-anak. Apakah itu passing control nya, maupun fisik dan situasi kerja sama dalam permainan,” bebernya.
Lantas, ia juga berharap dengan dukungan lapangan standar nasional. Ke depannya, PSG dapat melahirkan pemain handal masa depan. “Kami punya tekad, minimal anak-anak ini bisa main bola dengan benar. Sehingga kalau ada seleksi bisa mengikuti standar uji,” tukasnya.
Karenanya, ia mengajak kepada segenap anggota PSG lebih rajin berlatih. Termasuk calon siswa baru, agar tidak ragu belajar teknik sepak bola di Gununganyar Surabaya.
“Alhamdulillah, untuk jenjang prestasi, kami juga memiliki akses agar anak-anak bisa tampil di kompetisi sepak bola dan futsal di bawah naungan asosiasi resmi (PSSI, red),” pungkasnya. (red)