Tag: Klinik Medis

Seminar Nasional Prodia 2024 Pencernaan bagi Kesehatan Mental

Seminar Nasional Prodia
PENCERNAAN: Antonius Erbano (kiri) Regional Head Prodia East Java Batara Region bersama dua narasumber Seminar Nasional Prodia, dr Ulfa Kholili dan Nur Aisyah Oktavia. Serta Eko Praptiningsih Regional Marketing Manager Prodia East Java Batara Region, Sabtu (12/10/2024) pagi di Surabaya. (Foto: PSG/Hanum)

PSGunika.net – PT Prodia Widyahusada Tbk (Prodia) kembali menggelar seminar nasional sebagai komitmen untuk mengedukasi dan meningkatkan awareness masyarakat Indonesia mengenai kesehatan, Sabtu (12/10/2024) pagi 09.00 WIB di Resto Bu Rudy, Dharmahusada, Surabaya, Jawa Timur.

Seminar Nasional Prodia tersebut mengusung tema, “Gut Health, Mind Wealth: Nurturing Your Gut for Healthier and Happier Mind”.

Sedikitnya 300 peserta umum hadir mengikuti seminar. Selain itu, turut hadir Apt Antonius Erbano SFarm Regional Head Prodia East Java Batara Region. Dan Eko Praptiningsih Regional Marketing Manager Prodia East Java Batara Region.

Dalam sambutannya, Antonius Erbano mengungkapkan, bahwa Kota Surabaya merupakan kota ke-9 dari 11 kota besar yang menyelenggarakan seminar nasional sepanjang tahun 2024.

Tujuannya menjangkau lebih banyak masyarakat untuk menyadari keterkaitan kesehatan pencernaan dengan kesehatan mental sebagai upaya mencapai optimal wellness.

Acara ini menghadirkan diskusi bersama dr Ulfa Kholili, SpPD-KGEH, FINASIM dan Nur Ainsyah Oktavia, SSi, MM sebagai narasumber.

Diskusi ini membahas mengenai pentingnya kesadaran setiap individu dalam menjaga kesehatan sistem pencernaan dan organ pendukung lainnya. Agar tidak berdampak pada masalah fisik dan mental.

Dalam pemaparannya, dr Ulfa Kholili menyampaikan. “Sistem pencernaan sangat esensial dalam kerja tubuh manusia yang terlibat untuk pemecahan makanan menjadi zat-zat yang dapat terserap tubuh. Oleh karenanya, proses ini melibatkan organ-organ yang bekerja sama untuk mencerna makanan. Yaitu mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus.”

“Namun, jika tidak menjaga kesehatannya, terdapat berbagai gangguan yang dapat terjadi pada sistem pencernaan. Untuk itu, penting untuk mengidentifikasi dan mengelola gangguan pencernaan dengan segera.”

Menambahkan, beberapa masalah pada sistem pencernaan dapat terjadi mulai dari gangguan ringan hingga tingkat serius. Misalnya, dispepsia, gastroenteritis, sindrom iritasi usus besar, sindrom usus besar tak sehat, GERD, kanker dan sebagainya.

Adanya masalah atau gangguan pada sistem pencernaan akan berdampak juga pada kesehatan mental. Hal ini terjadi karena adanya gut-brain axis.

Dalam kesempatan ini, juga menjelaskan, peran mikrobiota usus dalam mempengaruhi tingkat stres seorang individu melalui perannya pada aksis Hipotalamus-Pituitari-Adrenal (HPA).

Sehingga, ketika terjadi ketidakseimbangan mikrobiota usus akan memicu peningkatan kadar hormon yang dihasilkan. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah, kadar gula darah dan disfungsi seksual.

Sementara itu, Nur Ainsyah Oktavia selaku Regional Product Executive Prodia East Java Batara Region menjelaskan, bahwa seringkali mengabaikan gangguan pada pencernaan. Padahal akibatnya dapat berdampak pada kesehatan secara keseluruhan. Perlu juga melakukan pemeriksaan laboratorium untuk deteksi dini adanya gangguan jika terjadi gejala pada saluran pencernaan.

“Contohnya, gangguan pada keseimbangan mikrobiota usus dapat menimbulkan beragam penyakit. Karena mikrobiota di saluran pencernaan turut mempengaruhi kerja otak dan perilaku.”

“Serta kondisi psikologis seseorang. Maka dari itu, Prodia menyediakan pemeriksaan untuk mengetahui keseimbangan mikrobiota usus yang bernama ProHealthy Gut,” tambah Indah.

Menyambung, Antonius menjelaskan. “Pengadaan roadshow seminar nasional awam di 11 kota ini merupakan upaya Prodia secara konsisten dalam mengedukasi masyarakat melalui kegiatan yang ilmiah. Namun tetap menyenangkan dan interaktif.”

“Dengan mengambil tema pencernaan sekaligus hubungan antara kesehataan percernaan dan mental, Prodia ingin memperkenalkan layanan terkait mental melalui aplikasi U by Prodia. Di antaranya Panel Mental Wellness Simple hingga komprehensif yang lebih personalized tetap dengan pendampingan dokter ahli yang bisa mengakses melalui fitur chat with doctor.”

Melalui seminar ini, masyarakat dapat mengetahui cara mencegah risiko gangguan pencernaan dengan mengonsumsi makanan bergizi yang kaya akan serat dan probiotik.

Lalu, berolahraga secara teratur, memiliki waktu tidur berkualitas. Serta melakukan pemeriksaan kesehatan rutin terutama bagi sistem pencernaan.

Prodia memiliki pemeriksaan Prohealthy Gut yang mengkhususkan bagi pemeriksaan kesehatan pencernaan yang lengkap. Untuk mengevaluasi kesehatan pencernaan secara umum yang dapat menggambarkan keseimbangan mikrobiota usus.

Acara Seminar Nasional Prodia berlangsung interaktif dan mendapatkan kesan positif dari peserta yang terbukti dengan antusiasme peserta dalam memberikan pertanyaan kepada narasumber.

Selain seminar, juga mengadakan pemeriksaan gratis gula darah, asam urat, fungsi hati dan kolesterol bagi peserta.

Informasi tambahan, selain seminar nasional awam ini, Prodia juga melangsungkan seminar nasional dokter di 12 kota besar di Indonesia sepanjang tahun 2024. (*/num)

Seminar Dokter Prodia, Farmakogenomik untuk Obat sesuai Gen

Seminar Dokter Prodia
FARMAKOGENOMIK: Dari kiri, Eko Praptiningsih SE Regional Marketing Manager Prodia East Java Batara, dr Valentinus Besin, Prof Yogiarto, Matthew Justyn SSi, dan Antonius Erbano SSi Apt Regional Head Prodia East Java Batara. (Dok/IST)

SURABAYA (PSGunika.net) – Sebagai upaya meningkatkan pengendalian pada kelompok penyakit tidak menular (PTM), PT Prodia Widyahusada Tbk (Prodia) menggelar seminar dokter, Minggu (11/8/2024) siang di Surabaya. 

Sedikitnya 100-an dokter hadir mengikuti “Seminar Dokter Prodia” dengan topik edukasi khususnya sindrom metabolik. Seperti diabetes, penyakit jantung, darah tinggi, dan gangguan syaraf.

Kegiatan seminar dokter sepanjang 2024 ini, juga dalam rangka mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kementerian Kesehatan 2020-2024. 

Sebagai wawasan, bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia dengan pemberian obat resep yang cukup tinggi. 

Namun, penggunaan obat resep akan memberikan efek yang bervariasi di setiap pasien. Seperti efikasi yang sesuai, tidak memberikan manfaat, sampai meningkatkan risiko toksisitas. 

Nah, adverse drug effect (ADE) merupakan masalah utama dalam penggunaan obat. Sekitar 20-30% faktor genetik berkontribusi pada risiko ADE (efek samping yang merugikan dari konsumsi obat,red). 

Karenanya, kini mulai berkembang terapi berbasis farmakogenomik. Ini guna meningkatkan efisiensi penggunaan obat dan mengurangi risiko trial and error dalam pemberian obat.

Permasalahan tersebut melandasi Prodia untuk menginisiasi seminar bersama klinisi dengan mengusung tema “Unlocking the Code: Genomics Insight for Clinicians” di 12 kota besar.

Kota Surabaya sendiri, menjadi kota ke-7 yang menyelenggarakan seminar dokter Prodia yang berlokasi di Main Hall Mahameru Restaurant di Jalan Diponegoro. 

Seminar ini menghadirkan Prof R Moh Yogiarto dr SpJP(K) FIHA FAsCC Dr, Dr Valentinus Besin SpN. Dan Matthew Justyn SSi MFarm sebagai narasumber. Sebagai moderator, yaitu dr Vinzy Yulina SpPK. 

Seminar ini mengangkat informasi mengenai kecocokan, serta respon tubuh terhadap obat berdasarkan profil genomik. 

Dalam pemaparannya, Prof Yogiarto menjelaskan, bahwa dalam aplikasinya banyak sekali penggunaan obat dalam penyakit jantung dapat menyebabkan ADE dari tingkat ringan hingga fatal. 

Oleh karena itu, memerlukan farmakogenomik untuk mengetahui kecocokan obat dengan profil genetik pasien penerima terapi jantung.

“Disebutkan juga dengan adanya farmakogenomik berguna untuk dapat memberikan obat sesuai personalized medicine. Di mana orang perlu terapi sesuai kecenderungan gen dan dapat melakukan penyesuaian dosis. Serta dapat memilih jenis obat kardiovaskular dengan tepat, efektif, dan ekonomis, juga dapat mencegah efek samping dan angka rehospitalisasi di kemudian hari,” katanya.

Menambahkan juga, dengan adanya farmakogenomik dapat melakukan pendekatan penyakit serebrovaskular seperti halnya stroke. 

“Tetapi yang perlu perhatian, kerentanan populasi Asia itu berbeda dengan populasi Eropa atau Amerika. Sehingga dalam mengevaluasi sebaiknya menggunakan database varian populasi Asia” jelas dr Valentinus.

Dalam kesempatan ini, Product Specialist Prodia, Matthew Justyn, menjelaskan lebih jauh mengenai manfaat dari pemeriksaan farmakogenomik.

“Prodia menyediakan pemeriksaan CardioPGx. Yang merupakan pemeriksaan farmakogenomik untuk mengetahui kecocokan seseorang terhadap 8 jenis obat sebagai berikut.”

“Acenocoumarol, Atorvastatin, Clopidogrel, Phenprocoumon, Pravastatin, Rosuvastatin, Simvastatin, Warfarin berdasarkan gen: CYP2C19, CYP2C9, VKORC1, CYP4F2, SLCO1B1, APOE yang dimiliki oleh orang tersebut,” terangnya.

Kemudian, pemeriksaan ini menggunakan evidence based yang powerful dan juga memakai variasi gen yang terakurasi dengan database Indonesia.

Masih Matthew, bahwa pemeriksaan genomik cukup melakukan satu kali seumur hidup, juga dapat oleh individu berusia lebih dari 18 tahun. Hasil dari pemeriksaan genomik nantinya dapat menjadikan sebagai manual book bagi seseorang untuk lebih mengetahui risiko penyakit dan langkah mitigasinya.

Harapannya melalui seminar ini, lebih banyak klinisi yang mendapatkan informasi mendalam mengenai pemeriksaan farmakogenomik dan secara jangka panjang dapat meningkatkan efektivitas dan juga efisiensi terapi. 

Selain seminar nasional dokter ini, Prodia juga berinovasi menghadirkan aplikasi Prodia for Doctor. Tujuannya memberikan pengalaman yang lebih baik bagi dokter untuk menunjang layanan kesehatan kepada pasien.

Caranya dengan menawarkan kemudahan bagi dokter dalam membuat rujukan pemeriksaan kesehatan ke Prodia. Memberikan konsultasi kepada pasien, memantau riwayat hasil pemeriksaan kesehatan pasien. Hingga menjadi wadah para dokter mendapatkan informasi mengenai diagnostik. 

Sesaat setelah seminar, dr Valentinus menjelaskan, bahwa terapi itu bahasa awamnya mengobati. Misalkan selama ini orang kolesterol, menerima obatnya atorvastatin, rosuvasstatin, dan sebagainya. 

“Tetapi setelah adanya pemeriksaan (farmakogenomik,red) tersebut kita bisa memberikan obat sesuai profil genetik pasien. Untuk menentukan cocok yang mana dari obat-obat itu. Jadi satu obat tidak bisa mengaplikasikan untuk semua orang,” ucapnya.

Di kesempatan itu juga, Matthew mengungkapkan, bahwa Prodia, memperkenalkan memperkenalkan tes farmakogenomik kepada para dokter yang hadir baik umum maupun spesial.

“Farmakogenomik gabungan ilmu terkait kecocokan obat berdasarkan profil genetik pasien. Di Indonesia sudah ada beberapa pemain dalam 3 tahun terakhir. Tetapi Prodia lebih unggul karena mengerjakannya sendiri,” tandasnya. (har)