Tag: Kongres Biasa

Cholid Ghoromah Jabat Plt Ketua Askot PSSI Surabaya 

Cholid Ghoromah
PLT KETUA: Cholid Ghoromah memberikan sambutan dalam Kongres Tahunan Askot PSSI Surabaya, Sabtu (24/8/2024) di Surabaya. (Foto: HARUN)

SURABAYA (PSGunika.net) – Cholid Ghoromah menjabat Plt Ketua Askot PSSI Surabaya. Ini terungkap pada Kongres Tahunan, Sabtu (24/8/2024) siang di Surabaya Suites Hotel, Plaza Boulevard, Jl Pemuda, Surabaya.

Menurut SK dari Asprov PSSI Jatim, Cholid Ghoromah mempunyai waktu 3 bulan untuk memilih ketua definitif Askot Surabaya. Namun, pihaknya tidak ingin berlama-lama, sebab padatnya jadwal kompetisi. Sehingga meminta agar 14 September sudah terpilih ketua baru.

“Bulan September, Oktober dan seterusnya ini, agenda kompetisi padat. Makanya tidak perlu menunggu tiga bulan. Tapi secepatnya melakukan pemilihan,” ucap Cholid saat memberikan sambutan.

Ia menyebut, bahwa ketua sebelumnya, Maurits B Pangkey mengundurkan diri karena sakit. Sementara wakil ketuanya Heri Sudarsono sedang menjalani sanksi disiplin.

“Ketua askot mengundurkan diri karena sakit. Nah, wakilnya sedang kena kartu merah,” timpalnya.

Selanjutnya, guna memilih ketua yang baru untuk melanjutkan periode hingga 2026 nanti. Maka membentuk komite pemilihan ketuanya Supriyono. Dan ketua komite banding Ramzy Okbah.

Pemilihan ketua baru askot cukup mendesak. Sebab mewakili KONI Surabaya, Yuniarno Joko Purwanto selaku Wakil Ketua 1, bahwa mengusung program positif. Yakni Surabaya Sukses Wani Juara dengan target 200 medali emas.

“Juara umum tanpa medali emas cabor sepak bola adalah hambar,” ucap Purwanto.

Bahkan, tak tanggung-tanggung pasang 4 emas kalau bisa. Yakni emas putra putri sepak bola, dan putra putri futsal.

Karenanya, sidang yang dipimpin oleh Anas Sulaiman itu, selain menyampaikan paparan laporan kegiatan futsal dan sepak bola musim lalu, juga rencana program tahun ini yang sudah berjalan dan masih progres.

Dalam hal sepak bola, Gunawan menyampaikan anggaran askot. Sedangkan Abdullah selaku Ketua AFK Surabaya, juga menyampaikan program pra musim, liga futsal. Serta rencana kerja sama dengan sekolah dan perguruan tinggi, termasuk turnamen usia dini.

Kongres tahunan berlangsung kuorum sebab hadir 37 dari 41 voter. Rinciannya 40 klub anggota dan satu delegasi futsal.

Di samping itu, ada tiga klub mendapat peringatan, di antaranya Kresno Indonesia, TEO dan Pemuda. Sedangkan empat tim pencoretan, yakni Arsenal, ID Gen, Meta Football dan Reedo.

“Klub yang menerima peringatan sesuai statuta (PSSI,red) karena tidak aktif mengikuti kegiatan (kompetisi,red) askot tahun lalu (2023). Sedangkan yang pencoretan tidak aktif selama dua musim (sejak 2022),” tutur Guntur Sekretaris Askot Surabaya. (*)

Kongres Biasa PSSI Jatim, Ahmad Riyadh: Siap Lompatan Besar

Kongres Biasa PSSI Jatim
KONGRES BIASA: Ketua Umum Asprov PSSI Jatim dan Ratu Tisha, Rabu (17/7/2024) di Sheraton, Surabaya. (Dok/IST)

PSGunika.net, SURABAYA – Ketua Asprov Jatim Ahmad Riyadh, menyatakan, PSSI Jawa Timur siap melakukan lompatan-lompatan besar di sepanjang 2024 dan tahun-tahun mendatang. Hal ini ia tegaskan pada kongres biasa PSSI Jatim yang berlangsung, Rabu (17/7/2024) di Sheraton, Surabaya.

“Kami berharap ada terobosan dan hal-hal baru. Artinya, Asprov Jatim harus memiliki terobosan untuk mempercepat pengembangan sepak bola, khususnya di Jatim. Hasilnya, sudah dibukukan,” ujar Riyadh tanpa menyebutkan rincian.

Mendukung pernyataan Riyadh, Wakil Ketua Umum PSSI, Ratu Tisha menyatakan, jika bicara soal PSSI ada empat hal. Tapi paling mendasar adalah football development, kompetisi, organisasi, aktivitas komersial dan lain-lain. 

“Pertama tentang development, PSSI Jatim sudah punya plan. Kami dari PSSI pusat pasti akan membantu dengan lebih detail lagi. Karena beberapa hal-hal yang ingin kami coba di PSSI pusat, mungkin ingin kita uji coba di Jawa Timur.”

“Seperti halnya perubahan struktur kepelatihan agar bisa meningkatkan jumlah pelatih lebih banyak. Sistem dan struktur di perwasitan agar rekrutmen C3-nya lebih banyak juga, untuk mendapatkan wasit lebih banyak,” papar Tisha.

Kedua, lanjut Tisha, PSSI pusat menilai secara organisasi juga terpimpin dengan sangat baik. Karena PSSI Jatim juga menjalankan statuta dengan baik. 

Misalnya, klub anggota asprov yang tidak mengikuti dapat peringatan. Bahkan ada pencoretan anggota karena tidak aktif berkompetisi tiga musim berturut-turut. 

“Saya rasa ini, hal-hal yang sifatnya organisasi dan ketegasan dari Asprov PSSI Jatim ini perlu dicontoh dan dihargai oleh semua pihak. Agar keseluruhan dari masyarakatnya (anggota Asprov Jatim) juga bisa tertib. Sebab sepak bola ini memang olahraga yang terorganisir dengan baik,” tutur Tisha.

Berikutnya, di area kompetisi, menurut Tisha ada terobosan terkait beberapa hal seperti kompetisi yang menyertakan SSB yang terafiliasi.

“Kita kasih PR juga bahwa jumlah SSB yang terafiliasi harus ditingkatkan kalau memang adanya baru segitu. Maka SSB yang ada dibimbing untuk terafiliasi dengan PSSI sesuai dengan standar-standar yang ada. Standarnya telah mereka tentukan sendiri, yakni terdiri dari lima standarnya,” paparnya.

Ia menilai, ketentuan konten dari standar sudah sangat baik dan telah mendapat persetujuan seluruh anggota. Tisha pun berharap, setahun ke depan akan bisa terlihat prestasi dan hasilnya. 

“Mudah-mudahan dari sini bisa memberikan ide-ide baru bagi pusat juga. Jadi apa yang tidak bisa dilakukan secara langsung dalam skala yang lebih besar, Asprov Jatim bisa melakukan di skala provinsi.”

“Mungkin itu bisa jadi perubahan dan terobosannya lebih cepat. Kalau bisa lebih cepat, PSSI pun bisa meng-copy-nya ke asprov yang lain,” ujar Tisha.

Standar Minimal

Tisha mengakui, banyak program-program PSSI pusat yang bisa terimplementasikan dengan baik oleh Asprov PSSI Jatim. Sehingga tak sedikit gagasan program induk organisasi sepak bola Indonesia itu yang berhasil menjalankan dengan baik oleh Asprov PSSI Jatim.

Kendati begitu, kata Tisha, PSSI tak bisa program yang telah berhasil di PSSI Jatim memaksakan ke provinsi lain. Pasalnya, setiap asprov memiliki plus minus. 

“Yang pertama, saya harus note, bahwa mempertahankan juara itu lebih sulit daripada merebut. Jadi, kalian (Asprov PSSI Jatim) harus hati-hati.”

“Misalnya, Asprov PSSI Jabar yang Liga 3-nya berputar dua divisi. Mereka juga punya sistem standarisasi untuk registrasi pemain di usia 9 dan 10 tahun. Launching mereka untuk player card registrasi,” jelasnya.

“Ada satu sisi di area yang lain asprov A lebih dulu, ada satu sisi di area yang lain asprov B lebih dulu. Nah, bagaimana sinergi ini tercipta dan menjadi satu best practice yang baik akan kita note. Tapi kita gak boleh berdiam diri atau terlena. Jadi meski Jatim dalam hal apa pun menjadi yang terbanyak, tapi jangan terlena,” tambah Tisha.

Tisha mengungkapkan, terobosan-terobosan ini, di atas standar minimal yang berlaku merata di semua asprov. 

Ia mencontohkan adanya kompetisi yang mandatory, development mandatory, organisasi mandatory. Ini merupakan standar minimum yang berlaku kepada seluruh asprov di Indonesia. 

“Soal apakah semua asprov itu bisa melampaui standar minimum itu kan tergantung pada masing-masing. Contohnya di Bangkabelitung, kompetisi perempuan mereka lebih banyak berputar daripada provinsi lain. Contoh lagi di NTT, mereka provinsi kepulauan, sehingga tidak mungkin mereka memiliki dua divisi seperti di Jabar.” 

“Jadi ada kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tapi standar minimum sudah kita terapkan. Makanya subsidi 500 juta itu untuk mensubsidi yang standar minimumnya,” terang Tisha. (*/red)